Pepatah ‘Banyak anak Banyak Rejeki’ memang benar adanya. Tapi banyak orang yang salah mengartikan. Banyak orang yang kejebak dengan pepatah ini. Dengan harapan akan bertambah rejekinya, setiap tahun mereka mentargetkan untuk mendapatkan momongan lagi. Tapi apa kenyataannya. Makin banyak anaknya , tapi kok kehidupannya makin terpuruk. Bingung mikirin biaya sekolah untuk anak pertama, bingung mikirin biaya baju untuk anak kedua, bingung mikirin biaya susu untuk anak ketiga. dan seterusnya.. dan seterusnya.
Mereka mulai berfiikir, “Apanya yang membawa banyak rejeki, kehidupanku malah tambah terpuruk”. Akhirnya mulai menyalahkan anak. Anak sering dimarahi, anak dibiarkan terlantar dipinggir jalan, kebutuhan gizi anak terabaikan. Yang bikin bingungnya lagi, katanya anaknya mengalami gizi buruk, tapi kok bapaknya gemuk-gemuk ya. Siapa yang salah……
Yang lebih parahnya lagi, dengan kehidupan seperti itu, eh malah menyalahkan Tuhan. Mulai lupa sama Allah. Sholat mulai lalai, membaca al-quran ditinggalkan, bibir ga pernah basah dengan bacaan zikir. Tobat… tobat kang, mas, mba, om, tante, bapake, ibune.
Yang salah bukan kehidupannya, yang salah bukan banyak anaknya. Tapi yang salah adalah mengartikan pepatah diatas. “Banyak Anak Banyak Rejeki”. Insya Allah yang benar adalah bahwa banyak anak memang membawa banyak rejeki, Asal kita tahu bahwa rejeki itu harus dijemput atau dicari.
Seorang bapak harus sadar bahwa ketika anaknya lahir,berarti Allah sudah menjatahkan rejeki untuknya. Jangan berharap rejeki itu datang tiba-tiba. Atau mengharapkan mendapatkan durian runtuh. Tapi rejeki itu harus dicari atau dijemput. Entah dengan membuka usaha sampingan. Mungkin, ibu bisa membuka warung nasi, atau jual gorengan. Ayah bisa buka servis radio, atau buka jasa penerjemahan. Atau usaha lainnya yang bisa dikerjakan diluar kerjaan rutinnya.
Nah kalo begini baru bener. Banyak anak memang membawa banyak rejeki. Jadi jangan takut untuk mempunyai keturunan. Jangan jadikan alasan ekonomi sebagai alasan untuk menunda berketurunan atau membatasi keturunan. Karena Allah membenci perbuatan tersebut. Seperti yang Nabi Muhammad SAW katakan dalam salah satu hadisnya, ”Nikahilah perempuan yang penyayang dan dapat mempunyai anak banyak karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan sebab banyaknya kamu dihadapan para Nabi nanti pada hari kiamat” [Shahih Riwayat Ahmad, Ibnu Hibban dan Sa’id bin Manshur dari jalan Anas bin Malik].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar